Kata
Pengantar
Alhamdulillah dan puji syukur ke hadirat Allah SWT kami
ucapkan atas terselesaikannya klipang yang berjudul “Sejarah Filsafat Pada Abad Pertengahan”. Tanpa ridha dan kasih sayang
serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah
ini disusun sebagai panduan
pambelajaran Filsafat Ilmu Keperawatan. Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat digunakan oleh Mahasiswa sebagai pegangan dalam mempelajari sejarah
perkembangan pendidikan keperawatan. Juga merupakan harapan kami bahwa dengan hadirnya makalah
ini akan mempermudah para pengajar dalam proses belajar-mengajar di Universitas maupun diluar
Universitas..
Akhirnya,
sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, kami mengharapkan
saran dan kritik, khususnya dari teman-teman dan bapak/ibu dosen Filsafat Ilmu Keperawatan. Kebenaran dan kesempurnaan hanya
Allah lah yang Punya dan Mahakuasa terima kasih kepada Bu Nufi
Wikhdatusa’biyah, S.Kep.,Ns.,M.kep yang telah membimbing kami.
Sidoarjo,
27 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ......................................................................................................
1
Daftar
Isi ...............................................................................................................
2
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................... 3
B.
Tujuan ....................................................................................
4
BAB
II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat .................................................................. 5
1.
Ciri-Ciri Dan Kerja Filsafat Ilmu ....................................... 7
B.
Metode Filsafat
Ilmu ............................................................... 8
C.
Perkembangan
Filsafat Pada Abad Pertengahan
1.
Definisi Tentang
Pemikiran Masa Abad Pertengahan ...... 10
2.
Pembagian Masa
Pada Abad Pertengahan
a.
Masa Patristik .............................................................
13
b.
Masa Skolastik
-
Skolastik Awal
..................................................... 13
-
Skolastik Puncak
.................................................. 14
-
Skolastik Akhir
.................................................... 14
3.
Tokoh Yang Hidup
Pada Masa Abad Pertengahan
a.
Masa Patristik
............................................................ 15
b.
Masa Skolistik
-
Skolistik Awal
..................................................... 17
-
Skolistik Puncak
................................................... 18
-
Skolistik Akhir .....................................................
19
BAB
III : KESIMPULAN ........................................................................
21
Daftar
Pustaka ...........................................................................................
22
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan
hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan
melalui proses bertahap, dan evolutif. Karenanya, untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara
periodik. Setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri
khas tertentu.Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani.Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Dewasa ini filsafat ilmu sudah
menjadi bahan ajar bagi tiap-tiapuniversitas, berbagai kajian mengenai hakikat
kehidupan. Bagaimanakah kehidupan ini? Dan untuk apa kehidupan ini?, manusia
mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan
salah,baik dan buruk. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara
objektif dan tuntas serta pihak lain yang melakukan penilaian
sekaligusmemberikan arti adalah pengetahuan yang disebut filsafat. Ditinjau
dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok.Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain.
Filsafat ilmu sangat penting
peranannya terhadap penalaran manusia untuk membangun ilmu. Sebab, filsafat
ilmu akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas
mungkin semua tentang hakikat ilmu. Dalam hal ini, kita bisa mendapatkan
gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan akar dari semua ilmu dan pengetahuan.
B.
TUJUAN
Tujuan manusia mempelajari
filsafat antara lai:
1. Menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat
disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara
ilmiah.
2. Memberikan pengertian tentang cara hidup dan
pandangan hidup.
3. Panduan tentang ajaran moral dan etika.
4. Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai
aspek kehidupan.
5. Sarana untuk mempertahankan,
mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat
lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN FILSAFAT
Menghadapi seluruh kenyataan
dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu
apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari
keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak manusia yang berpaling dari apa yang
diyakininya. Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa
itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari
tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses
itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan.
Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Filsafat dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopia(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat
berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Pada mulanya kata filsafat
berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.Mereka membagi filsafat
kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Secara umum
filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis,
radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah
produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara
aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan
mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu
diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu
titik tertentu.
Plato (427–348 SM) menyatakan
filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang
asli.Sedangkan Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.Sedangkan
filosof lainnya Cicero (106–043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua
ilmu pengetahuan lainnya.Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan
untuk mendapatkannya.
Filsafat ilmu adalah bagian dari
filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi
berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan
dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kalidipopulerkan oleh J.F.
Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan
ontology (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori tentang
apa).
Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan
yang ilmiah dan tak ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan
kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang
menelitinya.Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin, konsep, dan
teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.Filsafat ilmu
adalah perumusan pandangan tentang ilmu berdasarkan penelitian secara
ilmiah.Dapat diseimpulkan bahwa filsafat ilmu berkaitan dengan Kebenaran,
Fakta, Logika, Konfirmasi.
a. CIRI-CIRI DAN KERJA FILSAFAT ILMU
1. Mengkaji dan menganalisis
konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.
2. Mengkaji
keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.
3. Mengkaji persamaan
ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan persamaan kedudukan
masing-masing ilmu.
4. Mengkaji cara perbedaan
suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
5. Mengkaji analisis
konseptual dan bahasa yang digunakannya.
6. Menyelidiki berbagai dampak
pengetahun ilmiah terhadap:
- Cara pandang manusia
- Hakikat manusia
- Nilai-nilai yang dianut manusia
- Tempat tinggal manusia
- Sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya
- Logika dengan matematika
- Logika dan matematika dengan realitas yang ada
B.
Metode Filsafat Ilmu
Sebenarnya jumlah metode filsafat
hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli dan filsuf sendiri karena
metode ini adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan
corak pandangan filsuf itu sendiri. Penjelasan secara singkat metode-metode
filsafat yang khas adlah sebagai berikut:
1. Metode Kritis : Socrates dan
plato
Metode ini bersifat analisis
istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang di kemukakan orang. Merupakan
hermeneutika, yangmenjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan
jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak
yang akhirnya di temukan hakikat.
2. Metode Intuitif : Plotinus dan
bergson
Dengan jalan metode intropeksi
intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol di usahakan membersihkan
intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan
pemikiran. Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses
perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3. Metode Skolastik :
aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.
Metode ini bersifat sintetis-deduktif
dengan bertitik tolak dari defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas
dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.
4. Metode Geometris : rene
descartes dan pengikutnya
Melalui analisis mengenai hal-hal
kompleks di capai intiuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan
berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara
matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris :Hobbes, Locke,
Berkeley, David Hume
Hanya pengalamanlah menyajikan
pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di
bandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama
secara geometris.
6. Metode Transendental :
Immanuel Kant dan Neo skolastik
Metode ini bertitik tolak dari
tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat
apriori bagi pengertian demikian.
7. Metode fenomenologis :
Husserl, Eksistensialisme
Yakni dengan jalan beberapa
pemotongan sistematis (reduction), refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai
penglihatan hakikat-hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang
membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang
membicarakan gejala. Hakikat segala sesuatu adalah reduksi atau penyaringan dan
menurut Husserl ada tiga macam reduksi yaitu:
a. Reduksi
fenomologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita agar mendapat
fenomena semurni-murninya.
b. Reduksi eidetis.
c. Reduksi
transendental
8. Metode Dialektis : Hegel dan
Mark
Dengan jalan mengikuti dinamik
pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antitetis, sistesis di capai
hakikat kenyataan. Dialektis itu di ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua
pengertian yang bertentangan kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).
9. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut
hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu
pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode analitika bahasa :
Wittgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian
bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode
ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu
filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di
dasarperkembangan-filsafatkan kepada penelitian bahasa yang logis.[1]
C. PERKEMBANGAN FILSAT PADA ABAD PERTENGAHAN
Abad pertengahan merupakan kurun
waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominasi agama kristen
sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran
agama. Jelas, teologi dipandang lebih tinggi dari filsafat. Filsafat berfungsi
melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan penalaran dilarang. Itu
masih tetap dilakukan, malahn mencapai perkembangan yang lebih maju, asal harus
diabdikan kepada keyakinan agama.
Dalam
sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode, yakni masa
patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik
mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Di bawah ini
diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta
tokoh-tokoh yang terpenting. Di sini semua filsuf tidak mendapat porsi uraian
yang sama. Hanya pemikiran filsuf terpenting yang akan dibahas, itupun terbatas
pada inti-inti ajarannya saja.
1.
DEFINISI
TENTANG PEMIKIRAN MASA ABAD PERTENGAHAN
Filsafat Yunani mengalami
kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan
peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa
peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia.Maka
pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya
adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan
Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania),
tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini
berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin,
kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa,
di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan.
Karena bersamaan dengan
agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen,sehingga
membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai
pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan
ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli
pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang
mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad
Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”.
Pendapat ini disarankan pada
pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada
saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan
akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang
tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang
berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian,
ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian
diadakan pengejaran (inkusisi).
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan
antara lain:
- Cara berfikirnya dipimpin
oleh gereja.
- Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
- Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan
lain-lain.
Masa abad pertengahan ini
juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiringi
manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan
menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan ilmu pengetahuan
terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing
umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan,
dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang
picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena
iru paerkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Masa ini penuh dengan
dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh.
Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan
kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita
untuk menentukan masa depannya sendiri.
Zaman Abad Pertengahan
ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu
pada
masa ini adalah ancilla theologia atau abdi
agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang
terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok
dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan Abad
Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi
problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum
mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
a. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani,
karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui
wahyu.
b. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa
karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula
kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai
kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini
terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa
Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi
menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak,
dan Skolastik Akhir.
2. PEMBAGIAN
MASA PADA ABAD PERTENGAHAN
a. Masa Parastik
Istilah parastik berasal
dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan
atas dan atau golongan ahli
pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan
sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada
yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasanya
karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman Tuhan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan
bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan,
tetapi tidak ada jeleknya
menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir).
Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga
sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan
selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama. Perbedaan
pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat
Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani)
itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal,
bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orangorang yang
menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup
sejalan dengan Tuhan.
b. Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata
sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat
beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut:
· Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik
ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
· Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian,
kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik
Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
· Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran peegetahuan
alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan
dan akal.
· Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi oleh
ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat
berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya faktor Religius dan
faktor Ilmu Pengetahuan.
_ Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8
Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad
ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi
serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut
runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi,
kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 - 814)
dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah
pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
_ Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan
skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini juga disebut
masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan
ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu
pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik
mencapai pada puncaknya.
· Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
· Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio)
berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan
lain-lainnya.
· Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote,
Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William
Ocham.
_ Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan
adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi
kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai
dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma
dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Pengertian umum hanya momen
yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolisik
yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan
pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap
segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orangorang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok
pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.
- TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada
beberapa tokoh/filosof yang berbendapat
antara lain:
a. PADA MASA PATRISTIK
- Justinus Martin
Nama aslinya Justinus,
kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya
untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena
Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal
kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan
Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan mmakai hikmah Musa.
Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi.
Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek
logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates dan Lain-lain) kurang memahami apa
yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga
orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka
menyimpang? Karena orangorang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon
atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan.
Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian
pembelaan Justinus Martir.
- Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak
membenci filsafat Yunani.
Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
· Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri
dari otoriter filsafat Yunani
· Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat
Yunani
· Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
pemikiran secara mendalam
- Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari
keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih
membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena
filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu
Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak
ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat),
tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen
dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia megatakan
bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof
Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani
tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi
karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan. Akan
tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani
sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang
rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang
diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya mengajarkan
pemikiranpemikira ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus
melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat
sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan
beserta sifat-sifatnya.
- Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah
mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan
Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen
yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki
sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan
filsafat. Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui
atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang
dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia
ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang
berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran
manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan
kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal
pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus
berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu
diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran
skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat
mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode
daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
b. PADA MASA
SKOLISTIK
_ Skolastik Awal
- Peter
Abaelardus (1079 - 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet,
Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam
sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia
termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik,
sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan
iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah
disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang
mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man.
Aberlardus memberikan alasan
bahwa berfikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu
berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi
harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi
itu iman hampr kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga
berdasarkan pada bukti-bukti, termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.
- Johanes Scotus Eriugena
(815 – 870)
Ia adalah seorang yang
sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu
zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun
suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang
masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja.
Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokohtokoh lain, yaitu Augustinus
dan Dionisios dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan
keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian dimulai dari iman,
sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut
dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan
filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena,
menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk
simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi
simbul-simbul itu
diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di
dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam - macam dari suatu simbul. Hal ini
bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini
ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran
allegoris atau kiasan.
Pangkal pemikiran metafisis
Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu.
Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang
sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang
demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena
itu hakekat alam adalah satu, esa.
- Anselmus dari
canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta,
Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya
di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali
pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk
membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke- 12. Dapat katakan bahwa
ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya –
karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi
manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau
pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi
bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada
kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat
mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran.
Pandangan yang demikian ini
ternyata menguasai panangan orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak
ke jurusan pemikiran
Neoplatonisme dan mistik.
- Petrus Abaelardus (1079
– 1142)
Dilahirkan di Le Pallet
(dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena
kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan
dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode
peikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalanpersoalan dialektis yang
aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada
akal. Iman harus mau diawali akal. Yang wajib dipercaya ialah apa yan telah
disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan
Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.
_ Skolastika Puncak
- Albertus mangunus (1203
– 1280)
Di samping sebaga birawan,
Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir
dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis”
dan “doktor magnus”,
kemudian bernama Albertus
mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luarbiasa. Di
universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan
alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk
ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi.
Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang
oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani
terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia
telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap
setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh
Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan
Areopagos.
- Thomas Aquinas
(1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo
Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga
serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia
merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik Romawi
dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun
1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan
penasihat istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah
menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia
berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan
dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai
otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua
kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag
berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau
agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua
kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa
kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan
Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan
atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.
_ Skolastik Akhir
- William Ockham (1285 –
1349)
Ia merupakan ahli pikir
Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran umu denga
Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan
mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan
Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu
dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya,
pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam
hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini,
dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia
membantah anggapan skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis.
Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya
Paus John XXII.
- Nicolas Cusasus (1401 –
1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran
yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga
cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita
akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak
sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang
abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akn
dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit
saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai
pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi
larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai
upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu
sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya
ini tersirat suatu pemikiran para humanis.
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan
dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan
sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak
peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia
di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan
kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan
hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat
Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan
masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah
filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam
petumbuhan.
Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani
berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka,
muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani
setelah berintegrasi dengan agama Kristen. Masa Abad Pertengahan ini terbagi
menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa
Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik
Akhir. Tokoh pada masa Paratstik adalah Justinus Martin, Klemens, Tertullianus,
dan Augustinus. Sedangkan tokoh pada masa Skolasti adalah Albertus mangunus,
Petrus Abaelardus, Anselmus dari canterbury, Johanes Scotus Eriugena, Peter
Abaelardus, Thomas Aquinas , William Ockham, dan Nicolas Cusasus.[2]
DAFTAR PUSTAKA
perkembangan-filsafat.pdf
sejarah-perkembangan-ilmu-filsafat-pada-masa-abad-pertengahan_ima-frafika-sari_oke.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar